PROSEDUR MENGAUDIT KEGIATAN PUBLIC RELATIONS
hiii temen-temen public relations.... Jika
pada blog sebelumnya aku membahas tentang pengenalan Audit PR, kali ini aku akan
membahas tentang prosedur mengaudit program public relations 😊
AUDIT
KEHUMASAN (PUBLIC RELATIONS AUDIT)
Riset
yang paling pentig banyak digunakan dlam humas adalah public relations
audit. Public Relations Audit (PRA) melibatkan sebuah
studi lengkap untuk mengetahui posisi public relations sebuah
organisasi. Menurut
Lerbringer dalam Anne Gregory, public relations audit adalah jenis
riset yang berusaha mendefinisikan kembali public dan untuk mengetahui
bagaimana pendapat mereka tentang organisasi, sebelum dan sesudah kampanye.
Umumnya audit menyoroti bidang bidang yang lemah, misalnya bagaiman para staf
karyawan saling berhubungan sesuai dengan struktur organisasi PR. Audit yang
efektif membutuhkan riset yang mendalam, baik mengenai hal hal di dalam
organisasi bersama dengan seluruh staf PR yang bertanggung jawab atas
komunikasi, maupun hal hal diluar organisasi untuk mengetahui pendapat mereka
menjalani kontak dengan organisasi.
seorang praktisi PR harus memiliki tahap-tahap dalam
melakukan kegiatannya. Menurut Cutlip dan Center, ada empat proses public
relations.
Proses tersebut bersifat dinamis, sehingga setiap unsur yang ada pun
berkesinambungan. Keempat proses tersebut adalah:
1. Research/Defining The Problem(penelitian)
Seorang praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab
permasalahan. Oleh sebab itu, praktisi PR perlu melibatkan dirinya dalam
penelitian dalam pengumpulan fakta. Ia perlu memantau dan membaca tentang
pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang yang berkepentingan dan
terpengaruhi oleh tindakan perusahaan. “What’s happening now?” merupakan
kata-kata yang menjelaskan tahap ini. Seorang praktisi PR harus jeli dalam melihat data dan
fakta yang erat sangkut pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Segala
keterangan harus diperoleh selengkap mungkin. Dalam tahap mendefinisikan
penilitian, seorang praktisi PR harus meng-olah data faktual yang telah ada,
mengadakan perbandingan, melakukan pertimbangan, dan menghasilkan penilaian,
sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah
didapat.
Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan dengan cara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion, wawancara mendalam, dan walking around research.
Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan dengan cara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion, wawancara mendalam, dan walking around research.
2. Planning(perencanaan)
Setelah tahap penelitian dan pencarian data, praktisi PR
melanjutkan ke tahap perencanaan. Dalam tahap ini, praktisi PR melakukan
penyusunan masalah. Ia melakukan pemikiran untuk mengatasi masalah dan
menentukan orang-orang yang akan menggarap masalah nantinya. Perencanaan ini
tidak boleh diabaikan, namun harus dipikirkan secara matang karena turut
menentukan suksesnya pekerjaan PR secara keseluruhan. Perencanaan disusun atas data dan fakta yang telah
diperoleh, bukan berdasarkan keinginan PR. Berdasarkan pada rumusan masalah,
dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program
kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan
publik. Kata kunci dari tahap ini adalah, “What should we do and why?”
3. Taking Action
and Communication (aksi dan komunikasi)
Komunikasi sering kali dilakukan berdasarkan asumsi
pribadi oleh seorang praktisi PR. Akibatnya, tindakan tersebut terkadang
membawa hasil yang buruk dan tidak disarankan karena akan berisiko pada citra
perusahaan. Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban pertanyaan, “How do we
do it and say it”. Tujuan dan objektivitas yang spesifik harus
dikaitkan untuk mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan oleh praktisi
PR. Ia harus mampu mengkomunikasikan pelak pelaksanaan program sehingga dapat
mempengaruhi sikap publiknya yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung
pelaksanaan program tersebut.
Selain itu, ia juga harus melakukan aksi dan
melakukan kegiatan PR sebaik-baiknya. Kegiatan aksi ini merupakan kegiatan
komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi
organisasional.
4. Evaluation The Problem (evaluasi)
Cara untuk mengetahui apakah prosesnya sudah
selesai atau belum adalah dengan mengadakan evaluasi atas langkah-langkah yang
telah diambil. Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengukur keefektifan
proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, ia pun dituntut untuk teliti dan
seksama demi keakuratan data dan fakta yang telah ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nama tengah seorang
praktisi PR adalah ‘krisis’. Oleh karena itu, setelah selesai satu
permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk menghadapi masalah baru lagi.
Dengan demikian, tahap ini juga sebagai acuan perencanaan di masa mendatang.
Singkat kata, “How did we do?” menjadi acuan dalam tahap ini.
Tujuan PRA adalah
untuk menyediakan informasi bagi perencanaan usaha-usaha kehumasan di masa yang
akan datang. Tujuan
keseluruhan audit kehumasan adalah untuk melihat posisi public
relations sebuah organisasi sehingga dapat dirancang program-program
komunikasi. PRA yang lengkap Antara lain meliputi:
- Releven publics ialah public- public yang relevan bagi suatu organisasi atau perusahaan didaftar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara sistematis, masing – masing didaftar dan digambarkan berdasarkan fungsi mereka para pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok dan sebagainya.
- The Organization’s Standing with Public (keberadaan organisasi di kalangan public) adalah pandangan setiap public terhadap organisasi atau perusahaan harus dipahami melalui berbagai penelitian tentang citra (image) analisis isi surat kabar dan berbagai saluran komunikasi lainnya.
- Issues of Concern to Publies ( masalah yang menjadi perhatian public) yaitu Organisasi atau perusahaan dapat menentukan secara mudah mana publik yang menjadi musuh atau beraliansi. Publik dapat digolongkan berdasar masalah dan kepentingan serta sikap mereka terhadap suatu masalah. Hal ini kemudian dibandingkan atau perusahaan ini merupaka langkah yang sangat penting terutama dalam kampanye kehumasan untuk berbagai publik.
- Power of Publics (kekuatan public) ialah Publik direkam berdasarkan kekuatan ekonomi dan politik dapat digunakan untuk menentukan sejauhmana pengaruh suatu publik. Kelompok kepentingan yang ada dinilai berdasarkan jumlah anggota publik, kualifikasi anggaran dan sumber pemasukan dan metode-metode yang digunakan. Jadi publik digolongkan berdasarkan kekuatan ekonomi dan publik yang mereka miliki dalam mempengaruhi proses pengambilan kebijakan publik oleh pemerintah.
Seperti
penggunaan metode penelitian lainnya, metode audit humas juga memiliki prosedur
tersendiri yang harus dilalui peneliti sehingga persyaratan ilmiah dapat
dipenuhi. Prosedur yang dimaksud dalam bahasan ini disebut tahapan yang perlu
diuraikan dan dilakukan dalam audit humas.
Berkaitan
dengan tahap-tahap penelitian audit humas, Moore (1989) dan Jones (Pavlik,
1987) membaginya menjadi empat tahap :
- menyelidiki apa yang “kita” pikirkan;
- menyelidiki apa yang “mereka”
pikirkan;
- mengevaluasi perbedaan antaa dua
sudut pandang;
- menganjurkan atau merekomendasikan
program komunikasi yang komprehensif dengan tujuan untuk mengakhiri
kesenjangan tersebut.
Dari
keempat tahap tersebut, dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :
Pertama,
apa yang kita pikirkan, berkaitan dengan sesuatu yang ideal yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga. Maksud ideal di sini adalah tujuan
yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga, baik secara umum maupun
khusus.
Sesuatu
yang ideal secara umum biasanya akan terlihat pada tujuan suatu perusahaan atau
lembaga. Sementara itu, yang ideal secara khusus akan tergambar lebih konkret
atau operasional pada tujuan suatu bagian atau divisi humas dari perusahaan
atau lembaga yang bersangkutan. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan (ideal)
oleh suatu perusahaan atau lembaga, sebetulnya cukup mengacu pada tujuan dari
bagian atau divisi humasnya.
Kedua,
menyelidiki apa yang mereka pikirkan. Maksud “mereka” di sini adalah semua
internal publik dan eksternal publik dari suatu perusahaan atau lembaga yang
akan diaudit. Masing-masing publik (internal dan eksternal) diidentifiaksi,
kemudian diurutkan mulai dari yang paling penting hingga paling tidak penting.
Untuk menentukan publik mana yang paling penting hingga paling tidak penting
dapat diperoleh melalui wawancara kepada pejabat humas atau wakil perusahaan
atau lembaga yang diberi wewenang untuk itu. Bisa juga menggunakan data
sekunder (kalau tersedia), seperti buku panduan yang berisi uraian publik dan
skala prioritas.
Maksud
“pikirkan di sini adalah pandangan atau penilaian dari internal dan eksternal
publik terhadap perusahaan atau lembaga. Dalam terminology penelitian, hal itu
disebut das Sein atau kenyataannya. Dalam terminology audit
humas, hal itu disebut company actual. Ini diperoleh melalui
penelitian, yang umunya menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.
Ketiga,
mengevaluasi perbedaan antara dua sudut pandang dimaksudkan untuk melihat
keberhasilan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Caranya dengan membandingkan apa
yang “kita” pikirkan (company ideal) dengan apa yang “mereka” pikirkan (company
actual). Bila nilai company ideal sama dengan nilai company
actual, kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga dapat
dikatakan berhasil. Artinya, pandangan internal publik dan eksternal publik dapat
dikatakan baik atau positif terhadap suatu perusahaan atau lembaga. Sebaliknya,
bila nilai company actual tidak mencapai nilai company
ideal, kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga dapat
dikatakan belum berhasil. Dengan kata lain, pandangan internal publik dan
eksternal publik pada suatu perusahaan atau lembaga belum baik atau belum
positif.
Evaluasi
perbedaan seperti itu terlihat terlalu umum. Artinya, dalam menilai berhasil
tidaknya kegiatan yang dilakukan oleh humas suatu perusahaan atau lembaga masih
belum spesifik. Untuk mengetahui hasil yang lebih spesifik, mau tidak mau
evaluasi juga dilakukan terhadap masing-masing kegiatan dari kegiatan internal
dan eksternal. Melalui evaluasi per kegiatan, akan diketahui setidaknya dua
hal. Pertama, berhasil tidaknya masing-masing kegiatan dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (company ideal). Kedua,
dari masing-masing kegiatan akan diketahui tahap-tahap atau unsure-unsur mana
atau apa saja yang berhasil dan yang mana atau apa pula yang mengalami
kegagalan. Spesifikasi hasil evaluasi tersebut akan sangat membantu dalam
membuat rekomendasi perbaikan kegiatan humas di masa mendatang.
Keempat,
menganjurkan program komunikasi yang komprehensif, yang bertujuan untuk
mengakhiri kesenjangan tersebut. Pada tahap ini, biadanya dikemukan rekomendasi
yang mengacu pada hasil evaluasi (lihat tahap ketiga). Rekomendasi di sini
dalam upaya memperbaiki kegiatan humas di masa dating agar tercapai tujuan yang
telah ditetapkan, bahkan kalau dimungkinkan untuk lebih ditingkatkan.
Ada
dua bentuk rekomendasi yang dapat dikemukakan. Pertama, secara umum,
dengan memeprhatikan hasil evaluasi terhadap kegiatan internal publik dan
eksternal publik. Di sini, rekomendasi perbaikan diarahkan pada semua kegiatan
yang belum mencapai hasil dan upaya apa saja yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kegiatan yang sudah mencapai hasil. Kedua,
secara spesifik, di mana rekomendasi diarahkan pada masing-masing tahap atau
unsure dari setiap kegiatan. Rekomendasi tahap kedua ini akan sangat berharga
dalam memperbaiki tahap-tahap atau unsur-unsur dari suatu kegiatan yang belum
mencapai tujuan. Termasuk pula dalam upaya untuk meningkatkan pencapaian dari
setiap tahap atau unsur yang sudah mencapai tujuan.
KAPAN AUDIT PR DIBUTUHKAN
?KAPAN AUDIT PR DIBUTUHKAN ?
- Perusahaan berniat melakukan re-evaluasi
atas pencapaian tujuan dari sebuah program atau berbagai kegiatan dalam program
tersebut.
- Bila perusahaan melakukan perubahan arah
penekanan produk/layanan jasa, masuk bursa (go publik), melakukan merger atau
akuisisi. Merger adalah suatu proses penggabungan dua perusahaan
atau lebih menjadi satu perusahaan saja, dimana perusahaan tersebut mengambil
dengan cara menyatukan saham berupa aset dan non aset perusahaan yang di
merger. Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan
lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga
ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.
- Bila ada perubahan besar dalam dewan pimpinan-manajemen
puncak.
- Bila fungsi humas sedang dibangun atau mengalami
restrukturisasi
Kesimpulan
Berdasarkan uraian blog ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Audit humas sangat bermanfaat untuk mengetahui posisi suatu perusahaan atau lembaga bagi publiknya, baik internal publik maupun eksternal publik. Posisi di sini dapat diartikan sebagai penilaian publik yang berupa pandangan mereka terhadap suatu perusahaan atau lembaga. Penilaian itu dapat berupa citra, sikap dan persepsi publik terhadap perusahaan atau lembaga.
- Untuk mengetahui penilaian atau pandangan publik tersebut, metode audit humas menawarkan empat tahap. Keempat tahap itu merupakan langkah-langkah praktis yang sebetulnya dapat dilakukan dengan mudah oleh praktisi humas.
- Melalui hasil audit humas akan diketahui pula kegiatan-kegiatan apa saja yang mencapai tujuan dan kegiatan mana yang belum. Bahkan metode ini meskipun sederhana, mampu mendeteksi kegiatan-kegiatan yang sama sekali gagal.
- Dengan diketahuinya kegiatan yang berhasil dan yang gagal, akan memudahkan pejabat humas untuk memperbaikinya. Semua kegiatan humas pada waktu yang sama dapat segera diperbaiki atau disempurnakan.
Refrence:
- Kriyanto, Rachmat 2007: Teknik Praktis Riset Komunikasi : Kencana Prenada Media Group.
- Cutlip, Scott M. Center, Allen H dan Broom, Glen M. 2007. Effective Public Relations, Jakarta: Kencana.
- Hardjana, Andre. (2000). Audit Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: PT Grasindo.
Komentar
Posting Komentar